Rabu, 20 April 2011

METODA PENGUKURAN PAPARAN RADIASI NUKLIR

Akibat dari terjadinya bencana gempa dan tsunami di Jepang beberapa waktu yang lalu, menyebabkan terjadinya ledakan dan kebocoran reaktor nuklir. Paparan radiasinya dapat berakibat sangat berbahaya.
Tidak kurang dari 150 orang yang bermukim atau bekerja di sekitar lokasi fasilitas nuklir Jepang sudah dimonitor untuk mengetahui paparan radiasi potensial. Hasilnya, 23 orang diketahui sangat membutuhkan pengobatan. Bagaimana mengukur tingkat paparan radiasi tersebut?
Menurut United States Nuclear Regulatory Commission (NRC), ‘paparan’ ini mengacu pada jumlah radiasi, seperti sinar-X, sinar gamma, neutron, alpha dan partikel beta yang terdapat di udara.
Paparan, biasanya dinyatakan dalam satuan rontgen, diukur menggunakan penghitung Geiger dan perangkat terkait. Penghitung Geiger, dengan cara menghitung seberapa banyak gas yang terkandung akan teri-onisasi partikel radiasi yang masuk, kemudian mengubah informasinya menjadi sinyal elektronik.
Meskipun manusia tidak selalu menyerap semua radiasi yang terpapar padanya, sebagian besar radiasi akan langsung melewati tubuhnya. Sejumlah kecil energi yang dibawa radiasi akan diserap jaringan tubuh. Jumlah yang diserap itu diukur dalam satuan radiation absorbed dose (rad).
Radiasi mempengaruhi manusia adalah berbeda dengan cara yang berbeda pula. Akan tetapi, refferensi yang digunakan team keselamatan adalah, rontgen tunggal pada paparan sinar gamma atau sinar-x, yang biasanya menghasilkan dosis serap sekitar 1 rad.
Melalui pengukuran tingkat radiasi di sekitar tubuh seseorang menggunakan method penghitung Geiger, seorang petugas keamanan dapat mendeteksi dosis yang terserap oleh seseorang. Cara lebih canggih untuk mengukur paparan radiasi disebut dosis efektif, cara ini menghitung tingkat bahaya pada jenis khusus radiasi.
Meskipun dosis efektif dan serapan sama untuk radiasi beta dan gamma, namun untuk radiasi alpha dan neutron (jenis yang sangat berbahaya untuk tubuh manusia) dosis efektif memiliki nilai lebih besar dari dosis serap.
Ukuran dosis efektif memberi skala konkret untuk menentukan seberapa berbahayanya sebuah insiden pemaparan radiasi yang sebenarnya. Unit dosis efektif adalah rontgen equivalent man (rem) dan sievert (Sv), 1 Sv sama dengan 100 rem.
Rata-rata manusia menerima dosis efektif 0,36 rem tiap tahunnya, 80% berasal dari sumber radiasi alam sekitarnya, seperti bahan radioaktif di kerak dan mantel bumi juga sumber-sumber yang berasal dari luar angkasa.
Sekitar 20% sisanya berasal dari paparan sumber radiasi buatan, seperti mesin sinar-X, detektor asap industri dan dampak berkesinambungan dari tes senjata nuklir. Di Amerika Serikat (AS), batas radiasi NRC yang terpapar manusia dewasa yang bekerja berhubungan dengan bahan radioaktif adalah 5 rem per tahun.
Batasan itu dapat ditingkatkan hingga 25 rem ketika terjadi keadaan darurat, tingkat itu masih tak dianggap berbahaya. Tingkat radiasi di Fukushima melonjak hingga 0,8 rem per jam setelah ledakan di salah satu reaktor nuklir pada 15 Maret lalu.
Apabila para relawan darurat belum dievakuasi segera setelahnya, mereka akan mendapat dosis tahunan itu hanya dalam waktu 6 jam. Walaupun berpotensi berbahaya, jumlah tersebut masih tak akan mematikan.
“Di pridiksi dengan sangat, ketika manusia terkena sekitar 500 rem radiasi sekaligus, bisa menimbulkan apabila tanpa perawatan medis,” ungkap NRC. Sementara dosis tunggal 100 rem bisa menyebabkan seseorang mengalami mual atau kulit memerah (meski pemulihan masih mungkin terjadi).
Pada dosis 25 rem, hal ini bisa menyebabkan kemandulan pada pria. Akan tetapi, takaran dosis ini tersebar dari waktu ke waktu, bukan sekaligus, maka efek yang terjadi cenderung tak terlalu parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar